Gen-Z dan Sandwich Generation: Mengapa Memiliki Rumah Semakin Sulit?
Generasi muda, khususnya Gen-Z, menghadapi tantangan besar dalam memiliki rumah. Biaya hidup yang meningkat dan tanggung jawab keluarga, terutama bagi Sandwich Generation, memperburuk situasi. Artikel ini akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan mereka dalam memiliki rumah serta memberikan solusi potensial.
Tren Harga Properti yang Terus Meningkat
Harga rumah di berbagai wilayah, terutama perkotaan, terus naik. Data dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa harga properti residensial meningkat rata-rata 5-7% setiap tahun. Sementara itu, pendapatan Gen-Z tidak naik secepat kenaikan harga properti, menyebabkan kesenjangan yang semakin melebar.
Selain itu, tingkat suku bunga KPR yang fluktuatif juga memperburuk situasi, membuat cicilan rumah semakin sulit diakses oleh generasi muda.
Beban Keuangan Sandwich Generation
Sandwich Generation merujuk pada kelompok yang harus menanggung biaya hidup dua generasi sekaligus, yaitu orang tua dan anak-anak. Akibatnya, keuangan mereka tertekan dan prioritas untuk menabung demi pembelian rumah menjadi terabaikan.
Menurut survei dari The Urban Institute, lebih dari 40% Sandwich Generation merasa bahwa beban keuangan ini menghambat mereka untuk memiliki aset jangka panjang seperti properti. Hal ini membuat banyak dari mereka memilih tinggal di rumah sewa atau bersama keluarga besar.
Sulitnya Menabung untuk Uang Muka
Membeli rumah memerlukan uang muka yang besar, biasanya sekitar 10-20% dari harga rumah. Bagi Gen-Z yang baru memulai karir, mengumpulkan uang muka ini menjadi tantangan besar. Gaya hidup modern, seperti penggunaan layanan berlangganan digital dan pengeluaran harian yang tinggi, semakin mengurangi kemampuan mereka untuk menabung.
Sebagai contoh, laporan dari Colliers International menunjukkan bahwa butuh waktu lebih dari 10 tahun bagi generasi muda di kota besar untuk menabung cukup uang muka untuk rumah pertama.
Tantangan Stabilitas Karier dan Pendapatan
Gen-Z cenderung menghadapi ketidakpastian dalam pekerjaan, terutama dengan tren pekerjaan kontrak dan pekerjaan lepas (freelance). Stabilitas pendapatan sangat diperlukan untuk bisa mendapatkan pinjaman KPR dari bank. Sayangnya, banyak dari mereka belum memiliki pendapatan tetap yang memadai.
Menurut laporan McKinsey, hanya 60% dari Gen-Z yang memiliki pekerjaan tetap, dan sisanya bekerja dalam status kontrak atau gig economy. Hal ini menyebabkan mereka sulit mendapatkan akses ke produk keuangan seperti KPR.
Solusi untuk Gen-Z dan Sandwich Generation
Walaupun tantangan yang dihadapi cukup berat, ada beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan program subsidi KPR, seperti Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Program ini membantu mengurangi beban uang muka dan cicilan, sehingga rumah lebih terjangkau.
Selain itu, PT Puri Alam Sentosa, sebagai pengembang properti, juga menawarkan berbagai kemudahan pembelian rumah. Misalnya, dengan memberikan promosi berupa cicilan ringan atau kerja sama dengan bank yang menawarkan suku bunga rendah.
Bagi generasi muda, mengikuti program tabungan khusus properti juga bisa menjadi langkah awal yang bijak. Misalnya, beberapa bank menawarkan tabungan yang memberikan bunga lebih tinggi bagi nasabah yang menabung untuk membeli rumah.
Baca juga: Film “Home Sweet Loan” dan Dampaknya pada Tren Perumahan bagi Generasi Sandwich
Menyesuaikan Ekspektasi dengan Kondisi Pasar
Salah satu strategi lain yang bisa diambil adalah menyesuaikan ekspektasi dengan realitas pasar. Banyak dari Gen-Z ingin membeli rumah di pusat kota, namun harga rumah di sana sangat tinggi. Alternatifnya, mereka bisa mempertimbangkan membeli rumah di pinggiran kota atau kota sekunder yang menawarkan harga lebih terjangkau.
Beberapa kota seperti Solo dan Colomadu menawarkan proyek perumahan baru dengan harga lebih masuk akal dan infrastruktur yang terus berkembang. PT Puri Alam Sentosa sendiri memiliki beberapa proyek perumahan di daerah-daerah tersebut yang dapat menjadi pilihan ideal bagi Gen-Z dan Sandwich Generation. Beberapa contohnya adalah, Citra Buana Residence, Citra Buana Residence II, Royal Palem Hijau, Permata Buana dan Griya Adipura.
Kesimpulan
Memiliki rumah bagi Gen-Z dan Sandwich Generation memang penuh tantangan, tetapi bukan berarti mustahil bagi mereka untuk memiliki rumah. Dengan program subsidi pemerintah, perencanaan keuangan yang baik, dan memanfaatkan penawaran dari pengembang seperti PT Puri Alam Sentosa, mereka masih bisa mewujudkan impian memiliki rumah.
Apakah anda termasuk Gen-Z/Sandwich Generation yang sulit memiliki rumah? Dapatkan informasi lebih lanjut tentang proyek perumahan terbaru dari PT Puri Alam Sentosa dan manfaatkan promo menarik yang tersedia untuk mempermudah kepemilikan rumah anda.
Trackbacks & Pingbacks
[…] Lihat juga : Gen-Z dan Sandwich Generation: Mengapa Memiliki Rumah Semakin Sulit? […]
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!